30.7.13

Ilmuwan NASA ‘Menemukan’ Terompet Sangkakala Malaikat Israfil

Peristiwa mengerikan yang akan terjadi pertama kali pada hari kiamat adalah ditiupnya sangkakala (ash-shur) oleh malaikat Israfil atas perintah Allah.

Makna ash-shur secara etimologi (bahasa) adalah al-qarn (tanduk). Sedangkan menurut istilah syariat, yang dimaksud adalah sangkakala yang sangat besar yang malaikat Israfil telah memasukkannya ke dalam mulutnya (siap untuk meniupnya), dan dia sedang menunggu kapan dia diperintahkan untuk meniupnya. (Syarh Lum’atul Itiqad karya Ibnu Utsaimin, hal. 114)

Makna ini disebutkan dalam hadits shahih dari Abdullah bin ‘Amr, dia berkata: Seorang badui bertanya: “Wahai Rasulullah, apa itu ash-shur?” Rasulullah menjawab: “Tanduk yang akan ditiup.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Abu Dawud. Hadits ini disebutkan dalam Al Jami Ash Shahih 6/113-114, karya Asy Syaikh Muqbil)

Ilmuwan NASA ‘Menemukan’ Terompet Sangkakala Malaikat Israfil Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) adalah alat yang merupakan bagian dari program atau misi NASA untuk melihat Kosmologi (studi tentang sifat alam semesta) secara keseluruhan. Proyek ini melakukan observasi terhadap alam semesta untuk menemukan bentuk sebenarnya dari alam semesta. Sebab prediksi yang umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bulat-bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar.

Dengan menggunakan WMAP, mereka mendapatkan sebuah kesimpulan yang sangat mencengangkan, karena hasil penelitian tersebut menemukan bahwa alam semesta ini berbentuk seperti terompet.

Pada bagian ujung belakang wilayah ‘terompet’ alam semesta itu merupakan alam semesta yang tidak bisa diamati (unobservable), sedang bagian depan, di mana bumi dan seluruh sistem tata surya berada merupakan alam semesta yang masih mungkin untuk diamati (observable).

“Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu putusannya masing-masing.” (Az Zumar: 68)

“Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.” (Al Kahfi: 99)

“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. (An Naml: 87)

“Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.” (Yasin: 51)

Banyak ulama tafsir mengatakan bahwa tiupan terompet sangkakala di ayat-ayat tadi selalu diartikan sebagai peristiwa di hari kiamat. Dr Wahbah az-Zuhaily dalam Tafsir Al Wasith menguraikan bahwa tiupan terompet di hari kiamat itu tiga kali. Pertama, tiupan yang menggentarkan, lalu kedua yang mematikan seketika seluruh makhluk. Tiupan ketiga tanda mulainya hari kiamat, di mana semua dibangkitkan dan dikumpulkan.

Kalau kita cermati, Al Quran menyebutkan bahwa tiupan itu selalu “di dalam” terompet, “Wanufikha fi-shshuuri”. Mengapa terompet? Mengapa di dalam (Fi)?

Tim WMAP mengamati pola titik-titik panas dan dingin radiasi microwave kosmik, yang bisa menggambarkan bentuk alam semesta 380.000 tahun setelah Big Bang. Proyek WMAP dari NASA membuat peta titik-titik tadi secara mendetail, hasilnya ialah pola itu cenderung memudar, yakni tidak ada titik panas dan dingin yang tampak melebihi jarak rentang 60 derajat. Ini menyimpulkan bahwa ketika mengembang, alam semesta terulur panjang. Sempit di awal dan kemudian makin lebar seperti corong. Mirip bentuk terompet abad pertengahan. Hal ini tentu mematahkan prediksi selama ini yang menyatakan bahwa bentuk alam semesta seperti bola (bulat) yang mengembang ke segala arah.

Tim WMAP yakin bahwa alam semesta bukanlah berbentuk bola, tetapi berbentuk terompet. Alam semesta bukan meluas tak terbatas, tetapi dibatasi oleh ujung terompet. Jadi, alam semesta ada awal dan akhirnya. Hanya Allah yang tidak berawal dan berakhir, “Huwal awwalu wal akhiru”.

“Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari keadaan gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al Maidah: 15-16)

“Itulah Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Baqarah: 2)

“Sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (Fusshilat: 41-42)

Maha Benar Allah atas segala Firman-Nya

Editor: Farid Zakaria Credit Info Picture © NASA / WMAP Science Team (http://map.gsfc.nasa.gov/ media/060915/index.html)

28.7.13

Manfaat Sujud, Profesor Ini Sembuh dari Dua Penyakitnya

Oleh-oleh istimewa dari isra' mi'raj Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam adalah perintah shalat, sebuah ibadah khusus yang mengandung gerakan sujud. Sejalan dengan hasil penelitian, sujud ternyata memiliki manfaat yang sangat luar biasa. Salah satu orang yang membuktikannya adalah Prof Dr Ahmad Zahro.

Dengan memperlama sujud dalam shalat, Direktur Masjid Al Akbar Surabaya itu sembuh dari dua penyakit yang para dokter sudah angkat tangan. 

"Saat itu saya memimpin haji, saya terkena penyakit hernia. Sudah begitu, tambah satu penyakit lagi yang saya tidak tahu namanya. Yakni lutut terasa sakit seperti kram ketika hendak bersila maupun bangkit dari duduk," kata Zahro pada peringatan Isra' Mi'raj di Masjid Al Inabah Pemda Gresik, Selasa (11/6). 

Guru besar IAIN Sunan Ampel Surabaya itu sudah berobat ke beberapa dokter, namun tak kunjung sembuh. Menurut para dokter, hernianya hanya bisa disembuhkan dengan operasi.

"Padahal saya takut operasi," lanjut pria kelahiran 7 Juni 1955 itu.

Sedangkan untuk penyakit lututnya, dokter dari Mesir menjelaskan bahwa itu karena faktor usia.

Prof Zahro meyakini bahwa segala penyakit pasti ada obatnya. Dan kebetulan, pada waktu itu ia juga membaca hasil penelitian Dr Muhammad Dhiyaa'uddin Hamid tentang sujud. Menurut hasil penelitian itu, sujud bisa menghilangkan zat-zat atau pun hal-hal yang menyebabkan sakit. Listrik dan medan magnet yang dihasilkan oleh tubuh menyebabkan gangguan dan merusak fungsi organ tubuh sehingga akhirnya mengalami penyakit kejang-kejang otot, radang tenggorokan, mudah capek atau lelah, migrain, dan penyakit serupa lainnya.

Prof Dr Ahmad Zahro
Dengan bersujud kepada Allah dengan menempelkan dahi ke bumi (lantai), maka ion-ion positif yang ada di dalam tubuh mengalir ke bumi sebagai tempat ion-ion negatif. Seterusnya sempurnalah aktivitas penetralisiran dampak listrik dan magnet.

Sejak saat itu, Prof Zahro pun memperlama sujud dalam shalat-shalat sunnah. "Terus terang kalau dalam shalat wajib saya tidak memperlama sujud, khawatir makmumnya lari," kata Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (UNIPDU) itu disambut tawa jamaah pengajian.

Selain memperbanyak dan memperlama sujud, Prof Zahro juga berdoa seperti yang diajarkan Rasulullah. "Allaahumma Rabbannnas, mudzhibal baas, isyfi, Antasy syaafii, laa syafiyya illaa Anta. Syifaa'an laa yughoodiru saqoman" (Wahai Allah Tuhan manusia, hilangkanlah rasa sakit ini, sembuhkanlah, Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan yang sejati kecuali kesembuhan yang datang dari-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit).

Dan subhanallah, dua penyakit yang dideritanya pun kemudian sembuh sama sekali.

http://bersamadakwah.com

22.7.13

Melatih Anak Berpuasa, Sebuah Tinjauan Kesehatan dan Psikobiologi

Puasa Ramadhan adalah ibadah yang agung yang telah disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang merupakan salah satu pilar dari sekian rukun Islam. Di balik disyariatkannya ibadah puasa, terkandung didalamnya berbagai faedah dan hikmah yang begitu mulia bagi kehidupan manusia. Sebagian hikmahnya itu ada yang mampu diketahui oleh manusia, sedangkan sebagian lainnya tidak.
Karena mulianya ibadah puasa tersebut, sudah sepantasnyalah kita sebagai orang tua untuk mempersiapkan anak-anak kita, agar sejak dini dapat berlatih menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Berdasarkan nash-nash al-Qur’an dan al-Hadits, merupakan kewajiban bagi setiap orang tua untuk mendidik, melatih, serta membiasakan anak-anaknya untuk beribadah, termasuk menjalankan puasa Ramadhan. Tentu saja, pembiasaan ini hendaknya disesuaikan dengan kemampuan mereka, sebagai upaya mempersiapkan diri dalam beribadah.
Di antara persiapan yang selayaknya dilakukan oleh orang tua adalah dengan melatih berpuasa sebelum tiba masa ‘taklif’ mereka, yaitu masa dimana seorang hamba sudah terbebani kewajiban syariat.
Kapan Anak Diwajibkan Berpuasa?
Pada dasarnya, batasan diwajibkannya berpuasa, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama, adalah ketika anak mulai memasuki usia akil balig. Masa balig pada anak laki-laki, diketahui dari salah satu tandanya, yaitu: keluarnya mani atau sperma karena syahwat, tumbuhnya bulu di sekitar kemaluan, mimpi basah (mimpi yang menyebabkan keluar mani), atau telah mencapai usia 15 tahun. Demikian halnya pula bagi anak perempuan. Hanya saja, terdapat satu hal lagi yang membedakannya, yaitu keluarnya haid.
Kapan Anak mulai Dilatih dan Dibiasakan Berpuasa?
Seperti halnya ibadah shalat, maka puasa sudah dapat diperkenalkan pada anak sejak usia enam atau tujuh tahun. Dalam sebuah hadits, dari sahabat Sabrah bin Ma’bad al-Juhani Radliyallahu Anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat pada usia 7 tahun dan pukullah mereka pada usia 10 tahun (jika meninggalkannya).” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Hadits ini mengandung perintah untuk melatih ibadah shalat bagi anak-anak kita, dan dapat diterapkan pada ibadah lainnya seperti halnya puasa.
Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah, bersandarkan pada hadits ini, beliau mengatakan agar dianjurkan bagi orang tua untuk mulai melatih anak-anak untuk berpuasa.
Pada masa khalifah Umar bin al-Khattab Radliyallahu Anhu, anak-anak telah dibiasakan untuk melaksanakan puasa. Bahkan, disebutkan bahwasanya beliau sangat marah kepada orang yang mabuk di bulan Ramadhan.
Beliau a berkata:
“Celaka engkau, sedangkan anak-anak kecil kami saja melaksanakan puasa.” (Hadits dikeluarkan oleh al-Imam al-Bukhari, Bab Shaum as-Shibyan, 29-30).
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah telah memberikan nasihat dalam kitabnya ad-Da’wah. Beliau berkata ”Sudah semestinya bagi waliyul amr (orang tua) yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala beri tanggung jawab keluarga dan anak-anak, adalah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu dengan memerintahkan pada mereka apa-apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan dari syariat Islam.”
Akan tetapi, sebagian orang yang tidak memahami syariat ini kemudian memunculkan suatu anggapan bahwa tindakan para orang tua memerintahkan anaknya berpuasa termasuk dalam tindakan kekerasan. Maka, anggapan ini merupakan jalan pikiran yang tidak memiliki dasar sama sekali dan dapat dibantah dengan penjelasan-penjelasan sebagai berikut:
Pertama, melatih anak berpuasa tidak sama dengan mewajibkan mereka berpuasa. Sebagaimana kita ketahui seorang anak tidak dibebani syariat sampai ia mencapai usia balig. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pena diangkat dari tiga orang: orang yang tidur sampai bangun, anak kecil sampai balig, dan orang gila sampai sadar.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Irwa)
Kedua, dalam melatih anak berpuasa, orang tua haruslah mempertimbangkan kondisi dan kemampuan si anak. Dalam al-Qur’an telah dijelaskan,
ﯗ ﯘ ﯙ ﯚ ﯛ ﯜﯝ
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya.” (al-Baqarah: 286)
Meskipun ditinjau secara fisik dan psikologis, pada umumnya anak usia 6–10 tahun dipandang telah memiliki kesiapan yang memadai untuk melakukan puasa. Walaupun demikian, orang tua tetap harus memerhatikan kondisi dan kemampuan anak mereka selama berpuasa.
Dari kedua penjelasan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa memerintahkan puasa bagi anak-anak merupakan proses pembelajaran. Sebagai sebuah sarana untuk membiasakan anak beribadah kepada Allah n. Hal ini dimaksudkan agar pada saatnya nanti, apabila si anak telah mencapai masa balig, maka ia telah terbiasa untuk melaksanakan ibadah ini dengan tanpa beban yang berarti.
Dasar Ilmiah dan Psikologis
Melatih dan membiasakan suatu ibadahkepada anak-anak, tidaklah dilakukan begitu saja tanpa dasar dan sebab. Al-Quran dan as-Sunnah telah secara jelas membimbing kita terkait dengan permasalahan tersebut, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Telah dijelaskan pula, bahwa sebab untuk melatih anak berpuasa sejak usia dini adalah untuk mempersiapkan mereka menghadapi masa balig, masa dimana seorang hamba sudah terbebani dengan kewajiban syariat.
Adapun pijakan ilmiah dan psikologis dalam melatih anak untuk beribadah kepada Allah n sejak dini antara lain sebagai berikut:
  *
Bahwa anak itu terlahir dalam keadaan fitrah, sebagaimana telah maklum dari hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Maksudnya bahwa anak-anak mudah dibentuk sesuai dengan apa yang dikehendaki syariat Islam.
  *
Anak pada usia dini lebih mudah menerima nilai dan kebiasan yang kita tanamkan sekaligus meyakininya. Selain itu, masa anak-anak adalah masa yang sangat menentukan bagi pembentukan kepribadiannya di masa datang. Perkara yang baik maupun buruk yang dialami pada masa anak-anak, akan mempunyai pengaruh yang besar dalam hidupnya kelak.
  *
Daya ingat anak-anak masih kuat pada masa kecil mereka. Pepatah Arab mengatakan: “Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedangkan belajar sesudah dewasa bagaikan mengukir di atas air”.
  *
Telah dipahami, bahwa anak dengan usia 5 tahun ke bawah akan mengenal orang tua sebagai tokoh utamanya. Kemudian, jika dia bertambah besar, maka lingkungan pergaulannya melebar dari lingkungan yang berada hanya di sekitar rumahnya kepada lingkungan yang lebih luas lagi, sehingga anak juga mulai mengidentifikasi perilaku orang lain di sekitarnya. Maka, sebelum mereka banyak menyerap kondisi lingkungan di sekitarnya, saat itulah pembelajaran sudah harus dimulai sejak dini dengan pembelajaran yang sesuai dengan syariat.
  *
Bahwasanya mendidik anak tidak sama dengan mengajar. Mendidik anak adalah proses membimbing anak dalam mencapai kedewasaannya, baik dari aspek akal, fisik, maupun psikologisnya. Jadi, apa-apa yang dilakukan oleh orangtua, sebenarnya adalah dalam rangka membantu anak untuk mengenal dan mengetahui sesuatu, sehingga kemudian anak-anak mau dan kemudian menjadi terbiasa dan terampil mengamalkannya.
Memberikan pendidikan kepada anak-anak bukan saja membutuhkan waktu yang lama, akan tetapi juga membutuhkan kemauan yang kuat, kasabaran, dan keuletan dari orang tua. Terkait dengan kenyataan ini, semakin awal orang tua mulai mendidik anak-anaknya, maka semakin baik hasilnya, biidznillah.
Kiat dan Motivasi
Kiat utama dalam melatih berpuasa kepada anak adalah sebagaimana tergambar pada sebuah hadits dari sababat ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang pada pagi hari asy-Syura ke perkampungan orang-orang Anshar yang ada di sekitar Madinah, kemudian orang itu berkata:
“Siapa yang pagi ini berpuasa maka hendaklah ia berpuasa dan menyempurnakan puasanya dan siapa yang sejak pagi dalam keadaan berbuka, maka sempurnakan dengan puasa pada sisa waktu di hari ini.”
Setelah itu perawi tersebut berkata:
“Maka kami pun menyempurnakan dengan puasa pada hari itu dan kami mengajak anak-anak kami berpuasa. Mereka kami ajak ke masjid, lalu kami beri mereka mainan dari bulu. Jika di antara mereka ada yang menangis meminta makan, maka kami berikan mainan itu, sampai datang waktu berbuka.” (HR. al-Imam al-Bukhari dan Muslim)
Hadits tersebut mengajarkan kepada kita untuk bersikap bijak dan lembut dalam mendidik anak, dan juga bahwa salah satu metode yang tepat dalam melatih anak berpuasa diantaranya adalah melalui permainan. Bukankah bermain itu dunia anak-anak? Namun, perlu diperhatikan pula bahwasanya tetap tidak boleh ada unsur paksaan dan kekerasan dalam mendidik anak-anak. Justru sebaliknya, orang tua harus memperhatikan kondisi dan kemampuan anak, di samping mengupayakan cara-cara untuk memotivasi dan membuat anak-anak tetap merasa gembira pada saat berlatih berpuasa.
Tips dalam Melatih Berpuasa pada Anak.
Pada prinsipnya, membimbing dan melatih anak berpuasa adalah dengan memberikan motivasi kepada mereka agar mau melaksanakan latihan puasa, melalui cara-cara yang menggembirakan, dan dalam berbagai bentuk yang sesuai dengan fitrah dan dunia mereka, serta didalamnya tidak terdapat pelanggaran terhadap syariat.
Di antara tips atau metode untuk melatih berpuasa kepada anak-anak adalah:
  *
Orang tua dapat membagi tahapan puasa sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak. Misalnya, puasa dari waktu Subuh sampai dengan waktu Zuhur, kemudian dilanjutkan atau ditingkatkan mulai saat Subuh sampai dengan waktu Asar. Kemudian, setelah dirasa mampu, dapat ditingkatkan sampai tahap puasa sempurna, yaitu dari mulai waktu Subuh sampai dengan Magrib.
  *
Dengan cara membuatkan mainan untuk mereka, dan mengajak mereka bermain bersama seperti yang dikisahkan kaum Anshar di Madinah saat puasa asy-Syura’. Sebagai contoh, orang tua dapat mengajak anak-anak mereka ke masjid. Namun, meskipun anak telah dianggap memiliki kondisi dan kemampuan yang cukup prima untuk melaksanakan puasa, akan tetapi motivasi dari orang tua sangat diperlukan agar kekuatan dan kemauannya dalam menunaikan puasa itu tetap terjaga.
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah hendaknya orangtua membantu mencari kegiatan dan permainan yang sesuai dengan kondisi tubuh pada saat berpuasa. Sebagai contoh, anak-anak sebaiknya dicarikan jenis permainan yang lokasinya berada di tempat yang teduh, dan dicarikan waktu pada saat sore hari, yaitu menjelang berbuka. Jenis permainan yang menyita tenaga lebih, sebaiknya dihindarkan, karena dapat membuat anak-anak cepat merasa lapar dan haus.
  *
Memberikan kata-kata pujian yang menunjukkan bahwa orang tua merasa bangga memiliki anak yang meskipun masih kecil, akan tetapi sudah mampu melaksanakan puasa seperti layaknya orang dewasa. Misalnya dengan kalimat “Masya Allah, anakku yang pintar, masih kecil sudah kuat puasa..” ataupun kalimat-kalimat lain yang membuat anak merasa senang dantersanjung.
  *
Memberitahukan kepada mereka bahwa Allah k dan Rasul-Nya n sangat menyenangi anak-anak kecil yang melakukan ibadah puasa. Kemudian, dapat pula diberitahukan kepada mereka adanya balasan bagi orang-orang yang berpuasa, yaitu bahwa Allah k akan membuka pintu surga, khusus bagi hamba-hamba-Nya yang berpuasa, yaitu pintu “ar-Rayyan”.
  *
Memberikan hadiah mainan atau yang selainnya, yang bersifat mendidik dan dapat melupakan anak-anak dari keinginannya untuk berbuka.
  *
Mengadakan ifthar jama’i (buka puasa bersama), baik dilakukan dalam keluarga maupun pada lingkungan yang lebih besar lagi, yaitu seperti di masjid. Kegiatan ini akan menjadi sebuah kesempatan yang dapat menggembirakan anak-anak dalam melaksanakan ibadah puasa dan sekaligus dapat mempererat rasa persahabatan diantara mereka.
Manfaat Latihan Berpuasa bagi Anak-anak
Dengan dilatih berpuasa sejak dini, banyak manfaat dan faedah yang diperoleh anak-anak, diantaranya adalah:
  *
Anak telah mempraktikkan secara langsung syariat ibadah puasa, dan pendidikan yang paling efektif adalah melalui praktik langsung. Dari pengalaman inilah, anak-anak akan merasa diperhatikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan demikian, mereka akan selalu berusaha untuk jujur dalam berkata dan ikhlas dalam beramal;
  *
Melatih anak-anak agar mampu mengendalikan segala keinginannya. Dengan berpuasa, anak-anak secara otomatis berlatih untuk tidak bersikap konsumerisme (gaya hidup yg menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan), serta dijauhkan dari sikap materialistis dan boros;
  *
Melatih anak-anak untuk bersikap sabar dalam mengendalikan potensi emosi yang ada padanya. Jiwa anak yang lebih mengedepankan emosinya, dan belum mampu berfikir jauh ke depan, terutama pada saat mempunyai keinginan terhadap sesuatu atau memiliki konflik dengan temannya, akan teredam ketika mereka menjalankan puasa. Sebagai informasi, salah satu ukuran atau ciri-ciri jika anak memiliki kecerdasan emosi yang tinggi adalah ketika seorang anak mampu menunda kenikmatan yang bersifat sementara untuk mencapai kenikmatan jangka panjang.
Berkaitan dengan hal ini, seorang pencetus teori kecerdasan emosi yang bernama Daniel Goleman mempopulerkan apa yang dikenal sebagai ”marshmallow test”. Dari hasil percobaan itu, ditemukan bahwa anak yang mampu menunda menyantap marsmallow-nya (semacam kue yang dibuat dengan campuran gula atau sirup jagung) dengan menunggu beberapa saat ketika sang peneliti kembali ke ruangan, agar mereka mendapat marsmallow lebih banyak daripada mereka yang menyantap langsung, ternyata sampai dengan usia SMU anak-anak tersebut memiliki prestasi 200 poin lebih tinggi dari teman-temannya yang memakan langsung marsmallow-nya;
  *
Mendidik anak untuk lebih mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena mereka telah merasakan sendiri betapa nikmatnya saat berbuka. Sementara itu, di sekitar mereka masih banyak dijumpai anak-anak seusia mereka yang belum tentu mampu memperoleh kenikmatan yang mereka rasakan;
  *
Anak lebih siap dan rindu untuk menghadapi puasa Ramadhan di tahun-tahun berikutnya.
Wallahu Ta’ala a’lam. (Rafi’ah)

http://majalahmuslimsehat.com/melatih-anak-berpuasa-sebuah-tinjauan-kesehatan-dan-psikobiologi/

Selamat Jalan Istriku, Engkau Layak Atas Karunia Syahid itu

17 tahun yang lalu, saat masih aktif menjadi penulis buletin dakwah, aku membaca nama pelanggan yang memesan buletin tersebut. Hj. Robiatul Adawiyah, pasti wanita yang sudah tua. Sudah naik haji dan namanya jadul sekali. “Akhi, seperti apa sih ibu Robiatul ini” tanyaku kepada Pak Marjani yang bertugas mengantar buletin. ” Ndak tahu, nggak pernah ketemu, yang saya tahu dia pesan buletin itu untuk di kirim via bis ke Kotabangun”. Wah wanita yang mulia, mau menyisihkan uang untuk berdakwah kepada masyarakat di hulu sungai Mahakam. Tak lama kemudian setelah kita menikah, Buletin Ad Dakwah dari Yayasan Al Ishlah Samarinda diantar ke rumah. Ternyata wanita mulia tersebut adalah engkau istriku, bukan wanita tua seperti yang kukira. Melainkan mahasiswi yang aktif mengajar di Taman Al Quran.

Istriku, beruntung aku dapat memilikimu. Sudah beberapa pemuda kaya yang mencoba mendekatimu tetapi selalu kau tolak. Kelembutanmu dan kedudukanmu sebagai putri seorang ulama besar menjadi magnet bagi para pria yang ingin memiliki istri sholehah. Kamu beralasan belum ingin menikah karena mau konsentrasi kuliah. Padahal alasan utamanya adalah kamu masih ragu dengan kesholehan mereka. Ketika Ustadzah Purwinahyu merekomendasikan diriku, tanpa banyak tanya kau langsung menerimaku. Hanya karena aku aktif ikut pengajian kau mau menerimaku, tanpa peduli berapa penghasilanku.

Istriku, semua orang mengakui bahwa kau wanita yang tangguh. Jarang seorang wanita bercita-cita memiliki delapan anak sepertimu. Melihatmu seperti melihat wanita Palestina yang berada di Indonesia. Jika bertemu dengan Ustadz Hadi Mulyadi, suami mba Erni ustadzahmu, pasti pertanyaan pertama kepadaku adalah, “ Berapa sekarang anakmu?”. Sering orang bertanya kepadaku, “ Gimana caranya ngurus anak sebanyak itu?” Mudah, rahasianya adalah menikahi wanita yang tangguh sepertimu.

Kehangatanmu membuat anak-anak kita merasa nyaman di dekatmu. Di saat kau lelah sepulang dari mengisi halaqoh atau ta’lim mereka segera menyambutmu dan melepaskan kekangenan mereka. Kadang lucu melihat mereka membuntuti kemana kamu pergi. Kamu ke dapur mereka bergerombol di sekitarmu, pindah ke ruang tamu, pindah pula mereka ke ruang tamu. Masuk ke kamar, berbondong-bondong mereka ke kamar. Sampai ada anak yang selalu memegang-megang bajumu dan kamu berkomentar,” Nih anak kayak prangko aja, nempeeel terus.” Jangan salahkan mereka, akupun memiliki perasaan yang sama dengan mereka.

Kadang jika cintaku meluap aku berkata padamu, ”Bener nih kamu ndak nyantet aku? Aku kok bisa tergila-gila begini sama kamu?” Kamu tersenyum dan berkata,” Cinta Umi ke Abi lebih besar dari cinta Abi ke Umi, Abi aja yang ndak tahu.” Rasulullah bersabda,” Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat” (HR. Ahmad). Sungguh aku merasa telah mendapatkan segalanya dengan kau di sisiku.

Kepribadianmu yang mudah bergaul menjadikanmu disenangi oleh banyak orang. Kamal berkata, “Umi terkenal banget di sekolah. Aku, Mba Aisyah, Mas Nashih, Hamidah, Hilma ini terkenal di sekolah karena anak Umi. Guru-guru kenal kami karena kami anak umi.” Aku ingat perjuanganmu menggalang beberapa orang tua murid ke kantor diknas untuk meminta tambahan kelas agar anak kita yang terlalu muda bisa diterima sekolah. Akhirnya SDN 006 Balikpapan mendapat tambahan kelas dan anak kita bisa bersekolah di sana. Seharusnya aku yang melakukan hal itu, bukan kamu.

Aku terpesona dengan caramu menjalin silaturahim dengan keluarga besarmu. Ketika kita pindah ke Balikpapan, sering kakak-kakakmu menelpon menanyakan kapan liburan ke Samarinda. Mereka rindu kepadamu. Kakakmu KH. Fachrudin, seringkali menelpon,” Kita mau ngadain acara ini, kamu ke Samarinda kah?” Sya’rani, kakakmu yang sering bepergian ke Jawa, ketika mendarat di Balikpapan pun sering berkata,” Baru dari Jawa, mau ikut saya sekalian naik mobil ke Samarinda?” Keponakan-keponakanmu pun sering bertanya, “ Acil Robiah kapan ke Samarinda.” Jika kita liburan ke Samarinda, maka kemeriahan meledak begitu mendengar suaramu mengucapkan salam. “ Wah, Haji Robiah dari Balikpapan.”

Aku kagum dengan semangatmu melaksanakan amanah dakwahmu. Sering kerinduanmu kepada keluargamu tertahan karena ada amanah dakwah yang harus kamu kerjakan. ”Sebenarnya akhir pekan ini keluarga besar kumpul. Ada acara keluarga. Tapi ada halaqoh ini dan majelis talim ini jadi ndak bisa ke Samarinda.” Semoga Allah SWT memasukkanmu ke dalam barisan orang-orang yang berjuang menegakkan agama ini.

Kesibukanmu berdakwah memang menyita waktumu. Tapi aku ridho karena kau tetap komitmen untuk mengurus rumah tangga dengan baik. Aku ridho ketika PKS berdiri, kamu bergabung dan berdakwah bersama mereka. Ku lihat kau begitu menikmati hidupmu yang mungkin bagi pandangan sebagian orang sangat melelahkan.

Kamu juga aktif mengisi kajian siroh shahabiyah di Radio IDC FM. Ketika engkau ingin berhenti karena hamil dan mengajukan ustadzah lain, mba Irna yang mengasuh acara menolak dan mengatakan sebaiknya cuti saja dan sementara akan diputar ulang rekaman yang terdahulu. Saya tahu mereka pun telah jatuh cinta kepadamu.

Saat Ustadz Cahyadi mengadakan pelatihan keluarga, beliau meminta para peserta menulis tentang pasangannya. Aku terkejut ternyata engkau mengenaliku dengan baik. Engkau tahu makanan yang kusukai dan kubenci, teman-teman yang kuanggap shahabatku, karakter-karakterku, dan teman-teman Halaqohku. Diam-diam engkau memperhatikanku. Terimakasih telah memahami diriku.

Pernah kau mengatakan bahwa kau ingin naik haji bersamaku. Aku mengatakan bahwa kamu sudah naik haji sehingga tidak wajib lagi. Kalau aku punya uang aku akan mengajak anak kita naik haji bukan kamu. Kamu berkata, “Aku akan kumpulkan uang daganganku agar bisa naik haji bersamamu.” Kamu pernah bercerita bahwa saking nikmatnya berada di Kota Mekah, kamu pernah berusaha tukar kloter dengan orang lain agar bisa bertahan lebih lama di kota Mekah.

Istriku, aku suka dengan caramu berbakti kepadaku. Ketika ustadz Mulhadi mengajakku mendirikan SDIT Nurul Fikri Balikpapan kau pun mendukungku. Padahal kau tahu bahwa ini akan kembali mengurangi jatah uang belanja untukmu. Bahkan kau berkata,” Aku akan alihkan infaq-infaq yang selama ini ke lembaga zakat ke Nurul Fikri.” Selama ini kau memang menyisihkan uang transport dari mengisi majelis-majelis ta’lim untuk menunjang dakwahmu.

Istriku, aku menikmati sentuhan bibirmu ke pundakku sambil memelukku di saat kita naik motor berdua. Mungkin itu caramu menunjukkan kesetiaanmu. Aku tersanjung dengan gayamu menunjukkan cemburumu. Aku merindukan caramu menegurku jika engkau melihatku lalai dalam urusan agama kita. Aku merasa bahagia saat kau memujiku. Aku merasa hebat ketika engkau bermanja kepadaku.

Aku salut dengan kecintaanmu terhadap ilmu. Setiap ada ta’lim yang mendatangkan ustadz yang berkualitas kau berkata, “ Harus duluan nih biar dapat duduk di depan.” Sayang, karena begitu banyaknya anakmu terkadang kau terhambat untuk berada di depan. Pernah kau begitu sedih karena tidak dapat menghadiri ta’lim yang diisi DR. Samiun Jazuli. Terlintas di dalam pikiranku, kelak aku akan membiayaimu untuk melanjutkan kuliah S2 agar kau bahagia.

Kau juga begitu bersemangat mengikuti tatsqif (Kajian Tsaqofah Islam) yang diadakan oleh PKS. Ketika ada ujian tatsqif, kau berusaha mengerjakan soal-soal tanpa berusaha menyontek. Tiba-tiba kau mendengar peserta ujian yang lain di sebelahmu saling berbisik tentang jawaban soal yang engkau tidak bisa mengerjakannya. Kamu pun menulis jawaban tersebut. Sepulang ke rumah engkau begitu menyesal dan gelisah. Engkau merasa berbuat curang karena mengerjakan soal dari mendengar percakapan orang lain. “Gimana nih Mas, aku sudah nyontek?” tanyamu. Aku jawab sambil bercanda,” Telpon dosennya, minta dicoret jawabanmu yang dapat dari hasil mendengar itu”. Ternyata engkau benar-benar menelpon ustadz Fahrur agar jawaban atas soal tersebut dicoret saja. Itu yang sering kulihat darimu, begitu takut akan dosa-dosamu. Aku bangga padamu istriku.

Istriku, hal yang sering membuatku bergetar adalah di saat melihat engkau sholat. Begitu khusyuk dan menjaga adab. Tidak pernah aku melihatmu terburu-buru di dalam sholat. Aku menikmati melihat caramu menghadap Tuhanmu. Selelah apapun dirimu kamu selalu berusaha membaca Quran satu juz perhari. Engkau juga tidak ingin meninggalkan dzikir harianmu. Haru rasanya saat-saat melihatmu tertidur dengan Quran masih berada di tanganmu.

Sering aku berangan-angan aku akan membahagiakanmu kelak saat anak-anak sudah besar. Aku akan mengajakmu berjalan-jalan ke kota wisata. Aku akan membelikanmu perhiasan walaupun sekedarnya. Karaktermu yang tidak pernah meminta memang membuatku lalai memperhatikan kebutuhanmu. Bahkan motor pun tidak pernah kubelikan. Motor butut yang kau pakai adalah motor yang memang telah kau bawa dan kau miliki sejak masih gadis.

Aku yakin bahwa kebersihan hatimulah yang memancarkan aura persahabatan dari wajahmu. Banyak yang mengatakan kepadaku, ”Beliau adalah tempat saya menyampaikan curhat.” Terkadang kau terlambat pulang dari mengisi pengajian, ketika ku tanya kenapa terlambat, kau menjawab, “ Kasihan ada yang pingin curhat, jadi dengerin dia dulu. Semoga Allah segera kasih dia jalan keluar.” Saya yakin mereka curhat kepadamu karena mereka merasakan kebaikanmu.

Kamu sering memujiku, “Suami yang pintar”. Ku lihat, kamulah yang lebih pintar mengaplikasikan teori ke dalam praktek dunia nyata. Sebenarnya aku banyak belajar darimu. Kamu pintar sekali memulyakan orang lain. Kamu sering memberikan sesuatu kepada tetangga-tetangga kita. Terkadang aku malu karena yang kau berikan adalah hal-hal yang sederhana. “ Malu ah ngasih ke tetangga segitu. Nggak level buat mereka.” Ternyata sikap perhatianmu kepada tetangga inilah yang membuat mereka mencintaimu.

Kamu mengatakan kepada pembantu kita, “Kumpulkan tenan-teman yang lain, nanti saya yang membimbing bacaan Qurannya.” Dengan sabar kamu melatih mereka membaca Quran. Kau pun membelikan peralatan memasak sebagai hadiah kepada mereka yang lulus dan melanjutkan bacaan ke jilid berikutnya. Pernah kau melihat salah seorang di antara sedang berlatih mandiri di rumahnya. Kau berkata,” Bahagianya aku Bi melihat mereka mau melatih bacaan secara mandiri.” Sampai terucap dari mulut pembantu kita, “Bu, saya ini mendapat hidayah dari tangan Ibu lho.”

Terkadang aku lupa untuk memberikan uang belanja, ketika kutanya engkau menjawab,”Aku pakai uang daganganku”.Kau kadang membelikanku baju sebagai hadiah ulang tahunku. Aku memang seorang yang berprinsip minimalis, terkadang jika ada barang yang menurutmu harus dibeli, aku mengatakan bahwa itu tidak perlu dibeli, kita da’i tidak usah terlalu mengejar kesempurnaan. Seperti biasa kau pun mengalah dan berkata,” Ya sudah pake uang aku aja.”

Ketika engkau mengalami pendarahan saat melahirkan anak kita yang ke delapan, engkau mengalami step. Sungguh hancur hatiku melihatmu menderita. Ketika dokter mengatakan butuh tiga kantung darah, aku segera keluar berlari menuju PMI tanpa sempat mengambil alas kaki. Aku sangat takut kehilangmu. Ketika diberitahu bahwa putra kita telah meninggal, aku sudah tidak peduli lagi, “Tolong selamatkan istri saya dok.” Setelah dioperasi kau sempat tersadar, aku tidak tega untuk mengatakan bahwa putra kita telah meninggal. Aku tidak ingin kau tahu bahwa kandungan yang sangat kau cintai dan sering kau elus-elus dengan penuh cinta telah mendahuluimu.

Dokter mengatakan bahwa kondisi sangat kritis, biasanya kondisi ini berakhir dengan kematian. Dengan kesedihan yang terus mengelayuti aku berkata, ”Umi tidak usah ngomong apa-apa, semua abi yang urus, Umi nyebut Allah saja.” Aku berharap seandainya Allah memanggilmu, maka ucapan terakhirmu adalah Allah. Walau tidak ada suara yang ku dengar, kulihat mulutmu menyebut nama Allah dua kali.” Saat itu aku bernazar, aku pun bertawashul dengan segala amalku agar Allah memberikan kesempatan agar engkau masih bisa bersamaku. Dan ternyata anak-anak kita bercerita bahwa saat itu di rumah mereka juga bernazar agar ibu mereka selamat.

Dengan sisa harapan yang tersisa di hatiku, aku berusaha membangkitkan semangatmu,”Cepat sembuh,anak-anak kita menunggumu di rumah.” Engkau mengangguk-angguk.Ternyata Allah SWT sangat mencintaimu. Allah SWT ingin memberimu karunia syahid. Kematianmu karena melahirkan putra kita menunjukkan bahwa Allah ingin memberikan yang terbaik untukmu. Sebagaimana Rasulullah mengatakan bahwa wanita yang mati karena melahirkan termasuk orang-orang yang mati syahid.

Seorang shahabatmu, Ustadzah Mahmudah, menelponku,” Mba Robi itu kalau saya perhatikan sangat khusyuk kalau memimpin doa atau mengaminkan doa. Kalau berdoa, saat kalimat Wa amit ha ala syahadati fi sabilik (matikanlah jiwa kami dalam syahid di jalan-Mu) sering saya lihat mba Robi meneteskan air mata. Ternyata kita memang tidak boleh meremehkan kekuatan doa.”

Pak Emil tetangga kita berkata, ”Saya tidak pernah berinteraksi dengan almarhumah. Hanya istri saya yang bergaul dengannya. Tapi kepergiannya membuat saya merasa kehilangan sampai dua hari” Mungkin dia shock karena melihat istrinya terguncang.

Ustadzah Sujarwati berkata,” Saya mengisi pengajian dekat SMPN 10, mereka bercerita bahwa almarhumah ustadzah Robiah yang merintis majelis ta’lim ini. Mereka semua kemudian menangis karena teringat istri sampeyan.” Banyak yang terkejut dengan kepergianmu. Ada yang baru mendengar kematianmu, datang ke rumah untuk kemudian menangis karena kehilanganmu.

Hari kematianmu menjadi saksi atas kesholihanmu. Begitu banyak yang datang untuk memberikan penghormatan kepadamu. Ustadz Muslim mengatakan,” Sahabat-sahabatnya dari pesantren Al Amin, Madura sudah siap-siap mau beli tiket untuk ke Balikpapan, tapi mendengar jenazah akan di bawa ke Samarinda mereka tidak jadi datang.” Beberapa ustadz datang dari Samarinda. Bahkan Ustadz Masykur Sarmian, Ketua DPW PKS pun datang dari Samarinda dan menjadi imam yang mensholatimu. Aku pun melihat ustadz Cahyadi Takariawan, penulis buku dari Yogya, hadir di masjid itu. Mungkin Allah sengaja mengutus orang-orang sholih tersebut untuk menyempurnakan pahalamu. Motor-motor memenuhi jalan masuk ke komplek kita. Seseorang dengan heran mengatakan bahwa kemarin kepala kantor meninggal di komplek ini yang datang nggak sebanyak ini. Ini cuma ibu rumah tangga kok banyak banget yang datang.

Sesudah di sholatkan di masjid Balikpapan, engkaupun dibawa ke Samarinda. Sampai di masjid Ar Raudhah, Aku melihat KH. Mushlihuddin, LC Koordinator Qiroati untuk Kalimantan hadir di sana. Kamu sering berkata bahwa kamu sudah menganggap beliau, gurumu membaca Quran, seperti ayah sendiri. Kecintaanmu kepada Quran membuat kamu mencintai beliau yang selalu komitmen berjuang menegakkan Al Quran di muka bumi. Sering kamu mengatakan bahwa kamu kangen dengan gurumu, ustadz Mushlih. Segera aku meminta beliau untuk menjadi imam sholat jenazah untukmu.

Kakakmu, Ibu Mursyidah berkata, ”Kepergiannya persis seperti ayahnya, KH. Abdul Wahab Syahrani. Disholatkan dari masjid ke masjid.” Sebelum meninggal beliau berwashiat untuk dikuburkan di Kotabangun. Karena washiat itu beliau disholatkan di tiga masjid di tiga kota oleh murid-murid beliau. Pertama disholatkan di Islamic Centre Samarinda, kemudian disambut oleh Bupati Kutai Kartanegara ( Beliau adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia Kab. Kukar) dan disholatkan di masjid agung Tenggarong, kemudian disholatkan kembali oleh murid-murid beliau di masjid Kotabangun.

Dengan lelehan airmata aku ikut memandikanmu, mengangkatmu, memasukanmu ke liang lahat. Seseorang berkata,” Antum duduk saja biar yang lain saja.” Tidak, Aku tidak mau kehilangan kesempatan ini. Aku sudah kehilangan kesempatan membahagiakanmu di dunia. Aku sudah kehilangan kesempatan membalas dengan baik pelayananmu kepadaku. Biarlah hari ini aku melayanimu walaupun sekedar mengurus jasadmu.

Terimakasih istriku, selama hidupmu kau selalu berusaha tidak merepotkanku. Ketika aku ke bengkel untuk menambal ban, aku mengabarkan kematianmu dan memohon doa untukmu. Tukang tambal ban, mendoakannya dan berkata,” Istri sampeyan sering ke sini sendiri, menuntun sepeda motor untuk menambal ban, atau kadang ganti ban motor”. Sekuat tenaga ku tahan airmataku. Aku tahu sebenarnya itu adalah tugasku. Kubayangkan adakah wanita lain yang mau menuntun motor ke bengkel untuk menambal ban karena tidak ingin merepotkan suaminya.

Mungkin kamu saat ini telah tersenyum bahagia bercanda bersama Abdullah, putra kita. Mungkin kamu sudah bertemu dengan ayah ibumu yang sangat kamu cintai. Walaupun aku betul-betul kehilanganmu, aku tahu bahwa karunia syahid yang Allah SWT berikan kepadamu adalah yang terbaik untukmu.

Istriku, aku menulis ini untuk menumpahkan rindu yang bergejolak di hatiku. Aku juga berharap agar orang yang membacanya mau meringankan lidahnya untuk mendoakanmu. Aku berharap tulisan ini dapat membalas jasamu kepadaku. Sungguh betapa lambatnya hari-hari berlalu tanpamu. Ingin rasanya aku segera masuk ke surga agar dapat bertemu kembali denganmu. Selamat jalan Khadijahku.

Balikpapan, hari ke sembilan belas tanpamu di sisiku

Yang bersyukur mendapatkanmu

Suamimu,

--

Hadidhono B. Hartono

Tidak ada istirahat bagi seorang mu'min kecuali jika telah berada di surga

Bulan Pembentukan Karakter

Pernahkah kita memperhatikan tingkah laku hewan ternak? Ayam, misalnya. Hanya butuh waktu beberapa hari saja melatihnya. Maka ia segera tahu dimana kandang yang harus dia tuju, dan segera setiap sore tanpa diperintah lagi dia akan pulang dan masuk ke kandangnya.

Mereka juga tahu dimana tempat makannya. Mereka juga tahu memilih makanan yang baik dan bermanfaat bagi tubuh mereka dan menghindari makanan yang akan mencelakakan mereka.

Banyak contoh-contoh hewan yang memperlihatkan kepatuhannya dengan memberikan latihan pembiasaan terhahap mereka. Burung beo misalnya, setelah dilatih, ia segera bisa mengucapkan salam kepada setiap ada tamu yang datang. Beo juga senang dan tak lupa mengucapkan kata selamat pagi kepada tuannya saat memberinya makan setiap pagi.

Kucing juga demikian, ia tidak akan buang kotoran sembarangan setelah dilatih, dan selalu menimbun kotorannya dengan tanah. Hal itu selalu ia lakukan dengan teratur. Begitu juga anjing, kuda, burung merpati, gajah, ikan lumba-lumba dan banyak lagi contoh hewan lain yang bisa dilatih dengan cara pembiasaan dan kebiasaan itu selalu melekat dalam diri mereka dan takkan pernah mereka lupakan selamanya.

Mungkin itu pula yang diinginkan Allah kepada manusia di bulan Ramadhan. Puasa melatih dan membiasakan manusia menahan lapar dan dahaga di siang hari selama sebulan penuh. Seharusnya kebiasaan itu bisa melatih manusia agar tidak makan dan minum secara berlebihan, melatih manusia untuk mengendalikan nafsu makannya secara berlebihan. Kita tahu bahwa makan berlebihan dan tidak terkendali akan menimbulkan berbagai penyakit berbahaya seperti obesitas, hipertensi, diabetes melitus, asam urat, jantung koroner dan lain-lainnya.

Puasa juga melatih manusia untuk menjaga sikap dan perbuatan dan perkataan mereka agar melakukan hal-hal yang baik. Sikap dan perbuatan yang baik tentu memberikan nilai tambah yang baik bagi orang lain. Menjaga ucapan dan perkataan yang baik tentu saja menyenangkan bagi orang lain tidak menimbulkan sakit hati dan tidak merugikan orang lain. Sebaliknya sikap tersebut menimbulkan simpati kepada mereka pelakunya. Subhanallah, sungguh mulia agama Islam. Allah sebagai Khaliq Maha Tahu dengan apa yang terbaik untuk umatnya.

Kesimpulannya, jika dalam bulan Ramadhan, selama sebulan penuh kita benar-benar berlatih untuk mengendalikan makan-minum, hawa nafsu, maka di akhir Ramadhan dan seterusnya seharusnya sudah terlihat hasil dan perubahannya. Jika selama sebulan penuh kita berlatih untuk melakukan shalat, termasuk shalat malam (qiyamulail), seharusnya di akhir Ramadhan seharusnya ada perubahan dan perbaikan. Bulan selanjutnya seharusnya ada perubahan, kita seharusnya sudah terbiasa melakukan shalat wajib, shalat sunat serta shalat malam. Jika hewan bisa dilatih dan dibiasakan seharusnya manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan dilengkapi dengan akal dan fikiran bisa melakukannya secara lebih baik.

Jika selama bulan Ramadhan kita melatih sikap dan perkataan yang baik secara serius dan sungguh-sungguh, maka setelah berlatih sebulan penuh seharusnya sikap tersebut terus tertanam dalam diri kita dan mejadi perilaku sehari-hari. Selanjutnya jika terus dibina dan terus diperbaiki maka ia akan menjadi karakter kita seumur hidup.

Jika semua perubahan dan perbaikan itu tidak kita peroleh dan tidak kita upayakan selama bulan Ramdhan, maka benar apa yang dikuatirkan Nabi Muhammad SAW akan jadi kenyataan: “tidak ada yang dapat mereka peroleh setelah selama bulan penuh berpuasa kecuali sekedar merasakan haus dan lapar”. Sungguh sayang dan rugi jika kesempatan “berlatih” sekali setahun tersebut tidak kita manfaatkan sebaik mungkin. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi tersebut. Amin…

Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar

Resep Anti Galau

Hai, sob! apa kabar? lagi galau atau semangat? ah sama aja kalau semangatnya…  semangat galau *damai*
Galau dalam bahasa arab al hammu (mengkhawatirkan masa depan yang belum terjadi) dan al huznu (bersedih atas masa lalu yang sudah hilang).
Ketika galau deteksilah apa penyebab galaunya.
Misal: galau mengingat orang. mungkin ingat orag tua di rumah, sedang kita lagi merantau, ini kan termasuk khawatir terhadap apa yg belum terjadi sob! atau galau mikirin calon istri atau suami? sama aja sob itu galau terhadap masa depan juga –> al hammu tuh.
(hmm, sebenarnya ada ga sih kasus ini? mengingat orang ko galau? baiknya doakan aja . iya ga?)
Ada lagi galau karena nilai yang jelek atau galau menunggu nilai yang belum keluar bagi seorang pelajar. yang pertama galau karena masa lalu dan yang kedua masa depan. nah ujung-ujungnya orang yang galau ini terjebak dalam dimensi masa lalu atau masa depan ya!
Ok langsung tips:
1. ‘Move on’ dari kegiatan satu ke lainnya. misal nih sob:  main twitter galau, move on nya bercanda sama adik, bantuin orang tua, berkebun (asal jangan gigitin rumput aja, mau saingan sama kambing sisbro :D). kalau lagi dijalan hindari mendengarkan musik galau, tafakur jalan aja (sambil mikir solusi mengatasai macet) nah!
Kenapa harus kerjain sesuatu dari satu hal ke lainnya karena galau muncul disebabkan banyak waktu kosong. “Fa izaa faraghta fan shob” Jika usai mengerjakan sesuatu, kerjakan yg lain – al-Insyirah: 7.
2. Introspeksi diri atau bahasa kerennya muhasabah diri sob! yakni meninjau diri pribadi, mungkin kurang bersedekah, kurang bersyukur, kurang dzikir, kurang senyum, dan paling mungkin kurang ongkos. (*eh bener). kalau sudah tau kurangnya dimana, ya tambahin lah! maksudnya tambahin dzikirnya, senyumnya, sedekahnya, dsb.
3. Dzikir sob! ini jelas banget mengusir kegalauan tingkat tinggi. “Dzikrullah tenangkan hati” (Ar-Ra’du: 28). baca ayat ini aja udah bikin nyess (adem tenan, serasa hatinya disentuh Allah). ibarat seorang ibu yang menyelimuti anaknya di malam hari yang dingin. tenang dan bikin nyaman.
4. ‘Move up’ adalah bagian terpenting untuk mengatasai galau, minimal waktu galaunya berkurang sob.  Jika move on diibaratkan berpindah dari satu tempat (kondisi) ke tempat lainnya. Move up kita haru meninggalkan beberapa penyebab kegalauan sob! Dari penyebab galaunya lima hal jadi empat hal, dan sebagainya. Kalau move on tanpa move up, Bisa-bisa ujung-ujungnya balik ke galau awal sob.
OK sob selamat mencoba resep anti galau. Jika galau berlanjut hubungi ustadz terpercaya di sekitar anda.

Sumber: dakwatuna.com

Template by : kendhin x-template.blogspot.com